Artikel Pilihan

Pohon Pinang dalam Tradisi Nginang atau Nyirih #Part 1

Tradisi nginang atau nyirih adalah salah satu tradisi yang dimiliki oleh Indonesia dan sangat erat hubungannya dengan sosial budaya masyarakat tradisionalnya. Banyak daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang melakukan tradisi ini, baik hanya sebagai gaya hidup sehari-hari maupun termasuk ke dalam rentetan ritual upacara adat. Dalam beberapa bahasa daerah, tradisi ini dikenal sebagai bersugi, nyusur, menyepuh, dan bersisik.

Kegiatan nginang atau nyirih lazimnya dilakukan oleh para tetua, old generation, baik itu laki-laki maupun perempuan. Umumnya ada 3 jenis bahan yang digunakan untuk kegiatan nginang atau nyirih ini, yaitu buah atau biji pohon pinang, daun siri dan kapur sirih (injet).

Adapun bahan tambahanya berupa cengkeh, pala, kapulaga, ambar, kamper dan minyak rusa. Seiring perkembangannya terkadang ditambahkan pula gambir dan tembakau ke dalam campuran kegiatan nginang. Bahan-bahan tersebut secara umum digunakan di seluruh wilayah Indonesia.

ciri ciri pohon pinang

Ada yang berpendapat menginang berasal dari negara India. Pendapat lain menyatakan bahwa tradisi menginang asli berasal dari Kepulauan Nusantara. Mengingat pohon pinang dan tanaman sirih diduga kuat adalah tanaman asli Indonesia.



Di Indonesia pun tradisi nginang atau nyirih telah tersebar ke seluruh pelosok negeri. Pentingnya kegiatan nginang di Indonesia membuat tradisi ini telah memasukkannya ke dalam rangkain acara ritual adat. Hal tersebut tampak dari adanya kegiatan nginang di berbagai ritual, mulai dari ritual kelahiran, proses pendewasaan, pernikahan hingga kematian.

Kegiatan nginang bukan hanya preferensi individual semata, namun suatu bentuk penghormatan berbagai tahap sosial bagi orang dewasa. Tidak menawarkan atau menolak nginang saat ditawar akan dianggap sebagai penghinaan.

Sirih dan pohon pinang telah berpadu membentuk seperangkat alat untuk menginang. Kegiatan nginang sangat erat dan indentik dengan pelaksanaan ritual pernikahan adat. Kombinasi daun sirih dan buah pohon pinang secara simbolis memberikan makna pernikahan. Daun sirih mengintepretasikan unsur “dingin” sementara itu buah pohon pinang merepresentasikan unsur “panas”.

Tradisi Nginang atau Nyirih di Aceh

Ada istilah-istilah tersendiri untuk menggambarkan ini dari berbagai daerah. Aceh menggunakan daun sirih untuk simbolisasi pernikahan. Dalam bahasa setempat, baranub, berarti memberikan sirih, maknanya memberikan rasa cinta. Namun jika yang diberikan adalah daun pohon pinang maka akan bermakna perpisahan.


Tradisi Nginang atau Nyirih di Sulawesi

Kemudian di daerah Sulawesi khususnya daerah Makassar terkenal dengan istilah “leko passiko” berarti 1 bungkus daun sirih yang miliki makna mengajukan lamaran. Saat ritual ini dilakukan sang ibu dari pihak pengantin perempuan melakukan kegiatan menginang bersama dengan pasangan pengantin di malam pertama. Lalu setelah proses melahirkan, sang ibu baru bersama mertuanya melakukan kegiatan menginang bersama-sama. Tradisi Nginang atau Nyirih di Jawa

Pulau Jawa juga memiliki istilah tersendiri untuk menamai kegiatan menginang dengan sebutan gantal. Gantal dalam kepercayaan masyarakat Jawa berupa lintingan daun sirih yang membungkus buah pohon pinang bersamaan dengan tembakau hitam, gambir dan kapur sirih lalu diikatnya dengan menggunakan benang lawe.

Biasanya gantal diikutsetakan salam ritual upacara panggih, yaitu ritual adat perkawinan masyarakat Jawa. Gantal biasanya menjadikan daun sirih sebagai pelengkapnya dalam prosesi balangan buruh. Upacara adat balangan buruh merupakan suatu upacara adat yang didalamnya ada kegiatan saling melempar daun sirih sebagai pertanda saling melempar harapan serta kasih.

Baca Juga :

Selain berperan dalam prosesi upacara adat, tradisi nginang atau nyirih juga memiliki peran sebagai simbol sosial adat. Ada filosofi tersendiri dari melakukan kegiatan nginang atau nyiirh tersebut. Adapun makna dari kagiatan nginang atau nyirih adalah daun sirih melambangkan sifat yang gemar memuliakan orang lain dan rendah hati.

Sementara itu buah pohon pinang menyimbolkan keturunan yang baik dan taat beribadah. Selain itu pohon pinang juga bermakna suatu harapan, untuk medapatkan keturunan yang baik dan sukses.. Kemudian adanya kapur dalam kegiatan nginang juga menyimbolkan keturunan yang baik.

Kegiatan nginang juga menggunakan bubuk kapur yang menyimbolkan perasaann hati dan tembakau yang menyimbolkan ketabahan dan rela berkorban
ciri ciri pohon pinang
Sumber: wongplalar.wordpress.com
Adapun kegiatan nginang itu sendiri dimulai dari pengupasan buah pohon pinang/ Kemudian buah tersebut dilumat hingga benar-benar hancur.

Setelah itu .daun atau batang sirih dibalurkan bubuk kapur, lalu dilumat secara bersamaan dengan buah pohon pinang tadi. Kombinasi buah pohon pinang, daun sirih, dan bubuk kapur ini berupa cairan kental warna merah. Cairan tersebut diludahkan ke tanah agar tidak tertelan.

Baca Juga :


Belum ada Komentar untuk "Pohon Pinang dalam Tradisi Nginang atau Nyirih #Part 1"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel