Artikel Pilihan

Lomba Panjat Pohon Pinang: Sejarah yang Penuh Kontroversi

Pohon pinang selain dibudidayakan juga digunakan untuk mengisi hari kemerdekaan Indonesia, Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Pohon pinang yang digunakan adalah pohon pinang yang sudah tua dan tidak berproduksi lagi.

Pohon pinang saat hari kemerdekaan Indonesia digunakan dalam satu ajang perlombaan yang menarik bagi masyarakat. Banyak warga masyarakat yang larut dalam euforia perlombaan, baik jadi peserta maupun hanya menjadi penonton.

Lomba panjat pinang merupakan suatu lomba memanjat pohon pinang yang sangat tinggi dan terpancang tegak lurus serta dilumuri oli atau pelumas oleh panitia lomba sebagai bentuk tantangannya. Pada bagian puncak, terpasang berbagai macam hadiah menarik yang bisa didapatkan dengan memanjat pohon pinang tersebut.

Lomba ini dilakukan dalam tim yang bekerja sama saling bahu membahu memanjat pohon pinang yang terpancang itu. Lomba panjat pohon pinang biasanya diadakan setiap tanggal 17 Agustus dan rutin diadakan setiap tahun sehingga dianggap permainan ini merupakan permainan asli di Indonesia. Namun pada tahun 2019, walikota Aceh telah melarang pengadaan lomba panjat pohon pinang ini untuk khusus daerah Aceh.
\
ciri ciri pohon pinang

Sejarah Kelam Lomba Panjat Pohon Pinang

Ternyata lomba ini memiliki sejarah yang cukup kelam dan bukan budaya asli Indonesia. Dalam sejarahnya, lomba panjat pohon pinang bermula pada masa penjajahan Belanda. Belanda menyebut perlombaan ini dengan sebutan De Klimmast yang artinya adalah panjat tiang.

Baca Juga :

 Lomba ini biasanya diadakan oleh orang-orang Belanda pada tanggal 31 Agustus untuk memperingati hari ulang tahun ratu Belanda, Ratu Wilhelmina. Selain itu Belanda mengadakan lomba panjat pohon pinang saat menggelar acara besar, seperti acara pernikahan dan hajatan lainnya.
ciri ciri pohon pinang
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
Lomba panjat pohon pinang pada saat itu yang menjadi pesertanya adalah warga pribumi Indonesia. Warga pribumi tersebut akan memperebutkan hadiah yang sudah digantungkan di puncak. Orang-orang Belanda yang telah menggantungkan hadiahnya. Hadiah-hadiah tersebut biasanya berupa makanan, gula, roti, beras dan pakaian.

Barang-barang itu adalah barang mewah bagi para warga pribumi, karena pada saat itu rakyat Indonesia sedang kesulitan mendapatkan bahan makanan dan bahan pokok lain. Hal tersebut menyebabkan mereka rela untuk bersusah payah memanjat pohon pinang yang licin karena penuh oli tersebut demi mendapatkan bahan makanan yang tergantung.

Bahkan banyak peserta yang berjatuhan karena gagal memanjat pohon pinang yang licin tersebut. Sementara itu orang-orang Belanda hanya menonton, menertawakan dan menikmati kejadian-kejadian yang terjadi. Bagi orang-orang Belanda, melihat para pribumi bersusah payah dalam mendapatkan barang-barang yang mereka anggap murah itu adalah suatu hiburan.
ciri ciri pohon pinang
Sumber: goodnewsfromindonesia.id


Kontroversi di Balik Lomba Panjat Pohon Pinang

Perlakuan Belanda kepada para warga pribumi itulah yang membuat sejarah permainan lomba panjat pohon menjadi kelam. Pengadaan lomba panjat pohon pinang di zaman kemerdekaan ini menuai banyak kontroversi. Banyak penilaian pro dan kontra tentang permainan ini.

Di satu sisi lomba panjat pinang dapat bernilai negatif karena mengingatkan kita pada warisan dari para koloial Belanda tentang memori pahit penjajahan. Hal ini melukai nilai kehidupan masyarakat Indonesia karena pada saat pelaksanaan lomba panjat pinang di zaman penjajahan, kesulitan warga pribumi Indonesia dijadikan bahan tertawaan dan hiburan bagi para elit Belanda.

Selain itu adannya permainan lomba panjat pohon pinang dapat menimbulkan perbedaan “kelas sosial” dimana para orang kaya hanya menyumbang saja tapi tidak ikut turun menjadi peserta perlombaan.

 Selain itu dalam pelaksanaannya yang hanya 1 tahun sekali, jika dilakukan serentak diseluruh Indonesia maka akan menebang pohon pinang dalam jumlah besar. Ini tidak sesuai dengan ketersediaan pohon pinang tua karena pohon pinang layak untuk digunakan sebagai tiang dalam perlombaan adalah pohon pinang yang berusia minimal 30 tahun.

Namun disisi lain, banyak yang menganggap permainan lomba panjat pinang merupakan lambang untuk mengenang sejarah serta semangat masyarakat Indonesia zaman dulu dalam melawan penjajah. Banyak yang berpendapat adanya pesan positif dari pelaksanaan lomba panjat pohon pinang, yaitu saling kerja sama, kerja keras dan pantang menyerah untuk mewujudkan sautu tujuan.

Selain itu permainan lomba panjat pohon pinang juga dapat memperkokoh rasa gotong royong dan meningkatkan hubungan antar warga masyarakat. Kedua nilai tersebut sangat melekat dengan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Baca Juga :


Belum ada Komentar untuk "Lomba Panjat Pohon Pinang: Sejarah yang Penuh Kontroversi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel